6 Mei 2012

Daster Ibu-ibu ...


Waaaaaaa !!!

Entah itu sebagai jeritan kagum atau sebuah penyesalan untuk sesuatu yang aku alami, tapi tidak paham. Tanpa disadari semua mulai menjejali otak kecil ku, tak tersisa ruang untuk aku sendiri. Waktu yang menuntut ku, untuk segera mendetailkan, atas sketsa-sketsa yang selama ini aku buat-hapus-biarkan-dan buat lagi.

Kini, mungkin ia pun sedang terpejam, dan membiarkan ku sendiri di dalam kepalanya, padahal aku ingin bercanda bersamanya. Di dalamnya aku menemukan berbagai macam soal berserakan yang belum sempat ia kerjakan. Tak kuasa melihatnya, ku ambil satu persatu, ku rapikan, dan sempat ku baca satu per satu. Dari semua soal itu, tak ada satupun pertanyaan "Mengapa, Dia punya perasaan kepadaku?".

Konsekuensi. Ya, itu adalah hal yang paling tepat diterapkan untuk saat ini.

Seakan enggan, tapi tegar perlahan ku letakan dengan rapi semua soal, yang mulanya berantakan itu di dalam kepalanya. Aku tidak menemukan diriku dalam kepalanya. Aku hanya sendiri di dalam kepalanya.
Mungkin sudah saatnya aku pergi dari sana, dengan semilyaran kata "tapi".

Sebelum itu, aku ingin menuliskan sesuatu..

"Aku berada di dalam kepalamu bukan karna inginku, melainkan hati kecil yang menuntunku dan semua perasaan yang menerangi hingga kini. Maaf ini hanya ku tulis, karna aku tidak ingin membangunkan mu"

Sekedar ku lipat sekenanya, lalu ku letakan di tumpukan paling bawah bersama soal-soal tadi. Ku rasa cukup, perlahan ku berlalu dari tumpukan itu, dari kepalamu dan dari perasaan ku.

Dengan semangatnya Dewa Marmut menungguku, di atas sekoci kecilnya, berbekal daster ibu-ibu perumahan yang diambilnya di pagi-pagi buta, yang kini ia jadikan layar, guna mengarungi lautan dan tidak sabar menantang Neptunus untuk maen gaple empat mata.

"Jangan pernah mengambil apapun dari sini, tinggalkan saja apa yang berharga dari dirimu"  Seru Dewa Marmut, seraya mengencangkan tali kolornya yang mulai terasa kendor.

"Perasaanku" Jawabku dalam hati, sambil melihat jauh ke belakang..

"Oke, kita berangakaaaaaaatt Dewa Marmut.. Let's go.!!!" Balasku.

Getir mengalir dari tempatku berdiri. Sesak penuhi hatiku. Seulas senyum terlintas diikuti air mata mengiringi berkembangnya layar dari daster ibu-ibu perumahan…