Waaaaaaa !!!
Entah itu sebagai jeritan kagum
atau sebuah penyesalan untuk sesuatu yang aku alami, tapi tidak paham. Tanpa
disadari semua mulai menjejali otak kecil ku, tak tersisa ruang untuk aku
sendiri. Waktu yang menuntut ku, untuk segera mendetailkan, atas sketsa-sketsa
yang selama ini aku buat-hapus-biarkan-dan buat lagi.
Kini,
mungkin ia pun sedang terpejam, dan membiarkan ku sendiri di dalam kepalanya,
padahal aku ingin bercanda bersamanya. Di dalamnya aku menemukan berbagai macam
soal berserakan yang belum sempat ia kerjakan. Tak kuasa melihatnya, ku ambil
satu persatu, ku rapikan, dan sempat ku baca satu per satu. Dari semua soal
itu, tak ada satupun pertanyaan "Mengapa, Dia punya perasaan
kepadaku?".
Konsekuensi. Ya, itu adalah hal yang
paling tepat diterapkan untuk saat ini.
Seakan enggan, tapi tegar
perlahan ku letakan dengan rapi semua soal, yang mulanya berantakan itu di
dalam kepalanya. Aku tidak menemukan diriku dalam kepalanya. Aku hanya sendiri
di dalam kepalanya.
Mungkin sudah saatnya aku pergi
dari sana, dengan semilyaran kata "tapi".
Sebelum itu, aku ingin menuliskan
sesuatu..
"Aku berada di dalam
kepalamu bukan karna inginku, melainkan hati kecil yang menuntunku dan semua
perasaan yang menerangi hingga kini. Maaf ini hanya ku tulis, karna aku tidak
ingin membangunkan mu"
Sekedar ku lipat sekenanya, lalu
ku letakan di tumpukan paling bawah bersama soal-soal tadi. Ku rasa cukup,
perlahan ku berlalu dari tumpukan itu, dari kepalamu dan dari perasaan ku.
Dengan
semangatnya Dewa Marmut menungguku, di atas sekoci kecilnya, berbekal daster
ibu-ibu perumahan yang diambilnya di pagi-pagi buta, yang kini ia jadikan
layar, guna mengarungi lautan dan tidak sabar menantang Neptunus untuk maen
gaple empat mata.
"Jangan pernah mengambil
apapun dari sini, tinggalkan saja apa yang berharga dari dirimu" Seru Dewa Marmut, seraya
mengencangkan tali kolornya yang mulai terasa kendor.
"Perasaanku" Jawabku dalam hati, sambil
melihat jauh ke belakang..
"Oke, kita berangakaaaaaaatt
Dewa Marmut.. Let's go.!!!" Balasku.
Getir mengalir dari tempatku
berdiri. Sesak penuhi hatiku. Seulas senyum terlintas diikuti air mata
mengiringi berkembangnya layar dari daster ibu-ibu perumahan…