22 Juni 2011

Aku & Diriku


Aku hanya menikmati setiap detiknya,ya.. karena hanya itu,yang bisa aku lakukan sekarang. Waktu akan terus berlalu,bersama hari yang selalu berganti,dan aku masih tetap di sini dan mencoba menikmati. Setiap napas,langkah dan pandangan ku,selalu berada dalam tempat yang sama,tak banyak hal yang berbeda dari hari ke hari,itu mengapa aku tetap di sini dan menikmati. Aku,ya.. hanya ada aku dan diriku,kami selalu bersama,dan kadang kami saling mengeluh satu sama lain,aku yang terkadang mengeluhkan keadaan,dan diriku yang terkadang mengeluhkan kehidupan. Anda,pasti sudah dapat menebak jawabanya,kalau aku dan diriku sedang mengeluh.ya.. tak ada jawaban dari keluhan itu. Kami,pun terdiam,memikirkan jawaban dari keluhan masing-masing. Apakah jawaban dari keluhan ku ada pada diriku? Dan apakah jawaban dari keluhan diriku ada pada aku? Kami saling menatap,dan aku rasa diriku punya pikiran yang sama dengan ku,tak satu pun kalimat keluar dari kami,hanya tatapan yang menandakan dan mengiyakan,kalau kita punya pikiran yang sama.
Aku pun tersenyum,dan aku mulai memahami tentang keadaan diriku,sebaliknya diriku juga memahami kehidupan tentang aku. Aku memang tidak paham tentang diriku,aku hanya menginginkan hal yang indah dan selalu bahagia,tanpa ada yang menganggunya,sedangkan aku tak pernah menanyakan,apa yang diinginkan oleh diriku. Kami memang telah lama bersama,tapi sampai di sini,aku tak paham apa keinginannya. Aku yang selalu,mencoba menikmati keadaan,aku yang selalu mencoba,untuk tetap tenang di setiap keadaan,begitu juga dengan diriku,yang selalu mencoba menikmati kehidupan yang dikeluhkannya.
Mencoba menikmati segala keadaan,itu yang aku dan diriku lakukan sekarang,entah itu hal yang membosankan,yang tak berujung,atau hal yang sekilas menyenangkan,aku mencoba tidak peduli antara hal itu,karena aku tahu.aku selalu di sana,di antara hal-hal itu. Diriku tersenyum,dan berbisik,, “saya rasa,memang seharusnya begitu” ,aku hanya membalas dengan senyuman. Kehidupan dan keadaan memang sulit untuk dipahami,mereka selalu bergerak dan tidak tetap,mengikuti waktu. Keluhan,mungkin akan hanya memperburuk keadaan,dimana yang seharusnya kita nikmati,tapi menjadi beban pikiran sendiri. Aku tidak tahu,kemana kehidupan akan membawaku,dan keadaan akan menempatkan ku,tapi aku mencoba untuk menikmati setiap pergerakannya dan ketidaktetapannya,karena aku yakin,hanya dengan ini,aku bisa hidup dengan segala keadaan.

Kopi Hitam,Terakhir Ku ,,


               Hari ini,tepat pada sachet kesepuluh atau terakhir,, kopi ku habis malam ini. Dengan segala rasa dan suasana yang ada,ku coba buat salam perpisahan yang manis bagi dia. Aku bukan peramu kopi yang handal,aku tidak tahu-menahu berapa derajat,suhu air yang pas untuk menyajikannya,dan aku juga tidak paham seluk-beluknya. Aku hanya pemuda,yang mencoba mencari kehangatan,di atas segala kepahitannya. Entah kapan,aku mulai mencicipinya,mungkin saat aku sadar,bahwa hanya ada aku dan dia. Kami tak banyak bercerita,kami hanya terdiam dan saling pandang untuk beberapa saat. Mungkin,kami menyimpan rahasia masing-masing. Dia sangat hangat bagiku,padahal ini adalah waktu perpisahan antara aku dan dia. Tapi,dia tak mempedulikan hal itu,dia tetap konsisten dengan dirinya,walau ini hari terakhirnya. Aku senang,dia tak mengkhawatirkan hal ini,karena mungkin,ini sudah menjadi takdirnya. Aku hanya terdiam,dan aku tahu akan kehilangan,ku mencoba menahan semua rasa,yang telah kami lalui bersama. Semua rasa di atas segala kepahitannya.
            Perlahan,aku menyadari,ada sesuatu dalam hatiku,tapi aku hanya diam dan menyimpannya,karena aku tak ingin,membuat pertemanan kami memudar,hanya karena rasa ini. Dia,akan selalu ada di pergantian hari,dan dia selalu ada,saat aku sudah kehilangan mentari pagi,karena adanya,aku masih bisa bermurah senyum untuk keadaan ku. Aku belum pernah melihatnya tersenyum,tapi aku hanya mendengar tawanya. Tapi,kali ini dia hanya terdiam,dan masih menyimpan rahasia,begitu juga aku. Dia,mulai berubah,suhunya mulai mendingin,aku hanya mampu melihatnya,tanpa berbuat sesuatu untuk menolongnya. Aku terus menahan,rasa ini. Rasa yang telah tercipta disela-sela waktu,di antara pertemanan. Dia masih terdiam. Aku tak kuat menahan rasa ini,rasa yang sejatinya ada pada dirinya. Rasa yang selalu di berikan,di akhir pertemuan.
Aku mulai menyadari,semua ini hanya tentang waktu. Aku tak bisa memaksanya,untuk bisa tetap seperti di awal,yang hangat dan nyaman,dan aku tak ingin menolongnya,di saat dia mulai mendingin,karena dia juga tak menjerit ataupun meminta ku melakukan sesuatu. Dia tetap terdiam,dengan tenang dan bijak dia mengakhiri pertemuan ini. Tak ada pelukan,kecupan atau jabat tangan layak seorang teman. Kami hanya saling pandang,dia dengan segala kepahitannya,dan aku dengan segala perasaan ku.