Sekarang
tahun 2012, dan 47 tahun dari sekarang, bukanlah waktu yang singkat untuk
sebuah umur kehidupan di bumi. Selayaknya tentang hidup, yang senantiasa
berliku, dan kadang menukik ditengah perjalanan, yang tanpa sadar telah
menguras beribu-ribu keikhlasan.
Dan, kini beliau semakin terlihat menua, dibarengi dengan tumbuhnya uban di kepalanya. Kerasnya hidup, tak mampu memberikan banyak pilihan baginya, selain terus melaju.
Hati semakin terasah! Perasaan semakin peka! Dan, raga semakin melemah.
Seiring menuanya beliau, tak menjadi jaminan bahwa hidup ini akan baik-baik saja, banyak hal yang masih harus dihadapinya. Pasang surut ombak kehidupan sering kali menghampirinya, badai pasti datang, dan ia tahu, apa yang harus dilakukan.
Ya, 47 tahun itu, bukan waktu yang singkat! Sekedar mengikuti arah kemana angin berhembus, di sanalah beliau akan menancapkan jangkarnya. Sebuah jangkar yang tak kan pernah dia cabut. Jangkar yang tak akan dia tancapkan untuk kedua kalinya. Dan, jangkar yang akan menemaninya di pelabuhan terakhir.
Pernikahan. Sebuah jangkar sakral yang berharga untuk kembali mengarungi kehidupan. Di mana ia tahu, akan sangat sulit nantinya mempertahankan jangkar itu, untuk tetap berada di tempatnya. Tapi, rantai keikhlasan akan selalu ia upayakan, disaat cuaca sedang buruk.
Ini bukan perkara yang mudah. Sekalipun mudah, ia akan tetap mengunakan hatinya untuk menentukan jalan keluar. Karena sejak dulu, ia memulai dari hatinya.
Dan, kini beliau semakin terlihat menua, dibarengi dengan tumbuhnya uban di kepalanya. Kerasnya hidup, tak mampu memberikan banyak pilihan baginya, selain terus melaju.
Hati semakin terasah! Perasaan semakin peka! Dan, raga semakin melemah.
Seiring menuanya beliau, tak menjadi jaminan bahwa hidup ini akan baik-baik saja, banyak hal yang masih harus dihadapinya. Pasang surut ombak kehidupan sering kali menghampirinya, badai pasti datang, dan ia tahu, apa yang harus dilakukan.
Ya, 47 tahun itu, bukan waktu yang singkat! Sekedar mengikuti arah kemana angin berhembus, di sanalah beliau akan menancapkan jangkarnya. Sebuah jangkar yang tak kan pernah dia cabut. Jangkar yang tak akan dia tancapkan untuk kedua kalinya. Dan, jangkar yang akan menemaninya di pelabuhan terakhir.
Pernikahan. Sebuah jangkar sakral yang berharga untuk kembali mengarungi kehidupan. Di mana ia tahu, akan sangat sulit nantinya mempertahankan jangkar itu, untuk tetap berada di tempatnya. Tapi, rantai keikhlasan akan selalu ia upayakan, disaat cuaca sedang buruk.
Ini bukan perkara yang mudah. Sekalipun mudah, ia akan tetap mengunakan hatinya untuk menentukan jalan keluar. Karena sejak dulu, ia memulai dari hatinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar