13 November 2012

Minggu Sore


Tanah sore tampak sudah basah lagi, seperti halnya bulan November yang untuk kesekian kali memainkan perannya. Ingatan ku, masih hangat tentang Minggu sore yang sudah ku jalani selama ini. Seakan tak mau kalah, gemuruh dan hujan pun ikut menjelajahi tiap kenangan yang agaknya mulai usang.

          Mulai ku seduh kopi hitam sachet, yang ku beli dari warung sebelah. Tampaknya aku, tidak ingin terjebak untuk kesekian kalinya di ajaibnya Minggu sore.  Entah kenapa aku punya sensasi tersendiri terhadap hari ini, dan seakan-akan hari ini punya kekuatan ajaib.

          Aroma kopi dari gelas kaca, menyeruak menyadarkan di keheningan gerimis. Rutinitas beberapa hari ini tak berubah, masih tetap padat. Kepenatan dan kelelahan tampaknya sudah lebih dulu bersemayam, sebelum benar-benar bermuara pada Minggu sore.

          Seakan telah dirancang jauh-jauh silam, dengan hipotesis maupun metode yang entah apa namanya, hingga hari Minggu berada dalam urutan terakhir. Mungkin ada sebuah kekuatan magis yang bersembunyi dibalik hari Minggu, yang senantiasa mampu menampung segala kepenatan dan kelelahan yang menumpuk di hari sebelumnya.

          Layaknya tentang perasaan, yang senantiasa menaklukan logika dan kaidah dalam menelaah ketidakmungkinan rasa. Beberapa kali, aku mencoba, akan tetapi daya magis ini terlalu kuat, hingga membangkitan kenangan yang telah terkubur bersama hari-hari.
Dan sebagian dari kenangan yang telah terkubur itu, aku selalu merindukan kamu di setiap Minggu sore.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar