18 Juni 2013

Senja

Kerinduan yang kau alami bahkan tak mampu menghidupkan lagi kenangan menang telak melawan kampung sebelah dalam pertandingan sepak bola. Gelak tawa kemenangan bersama teman-teman mu kini diwakili oleh keresahanmu. Senja yang kau alami kini semakin hambar.

Kau terduduk dalam ruangan terang, menghabiskan berjam-jam untuk sebuah pengakuan sosial bahwa kau kini bukan pengangguran. Di luar sedang hujan, tapi kini kau tak terlalu peduli. Mengais ingatan ke beberapa puluh tahun silam, kau seorang yang sangat peduli dengan cuaca, bahkan kau sangat benci hujan. Hujan yang akan membuat tanah lapang bermain mu menjadi becek.

Seakan tidak terjadi apa-apa, tetapi keresahan yang kau alami tak kunjung pudar hingga jam pulang kerja. Genangan air sisa hujan membiaskan cahaya senja, memantul ke kaca spion motor tua mu. Sore ini kau pulang dengan berbagai keresahan yang tak berujung.

Mars

Tentang Mars yang ku ceritakan padamu, dengan hamparan jajanan klasik yang sengaja aku sisipkan, itupun yang pernah ku coba dalam dewasa ini. Sebelumnya aku memilih chiki untuk menemani masa kecilku. Aku sengaja mengajakmu, dan aku pun tidak yakin akan tujuan ku kali ini.

Aku hanya menemui deretan gelak tawa dalam layar genggam, pengulangan huruf yang sulit aku deskripsikan dan jabarkan melalui perasaan. Mungkin kini hambar, tapi, entalah, terserah kau sebut apa kali ini.

Saat ini aku menunggu semesta yang akan membimbingku untuk melalui tentang ini. Bahkan jikalau perlu, dengan melupakannya sekalipun. Menuntunku menuju ke belahan dunia lain, mengenalkan ku dengan berbagai musim, dan mungkin akan menertawaiku sepanjang hari, karena melihat rupaku yang masih terheran-heran dengan belahan bumi pilihannya. Aku akan menunggu semesta. Melalui tentang ini. Perasaan ini.