28 Oktober 2011

Gejala Mati Muda

Sketsa-sketsa kasar. Buram. Dan, mengusik. Gambaran dari sebuah rasa dan asa, yang selalu bertanya, akan kebenarannya. Tapi, di kesempatan pertama, Aku terbawa euphoria hingga lupa mencerna lebih dalam. Aku menjelajahi ruang paling sensitif di raga ini, tanpa buku pedoman ataupun peta pariwisata. Menemukan sesuatu yang baru, segar dan bertenaga. Terkagum-kagum, meski hanya membaca dari rasa.

Muncul sketsa baru, masih buram dan masih mengusik. Tapi Aku tak peduli. Aku tetap menjelajah tanpa henti, di ruang ini. Semakin jauh, semakin tak terkendali. Perlahan-lahan tenaga ku terkuras, mataku sayup menatap jalan pulang. Aku terdiam di sebuah malam, sembari membereskan sketsa-sketsa yang tercecer. Meski mengusik, tapi Aku belum tertarik.

Ku harap, ini jalan yang benar, Aku tak ingin kecewa di ujung senja sana. Langkah kaki, mulai menjejak lagi berbekal sketsa usang. Persimpangan yang ku temui semakin banyak, anehnya, tak satupun tukang ojek mangkal disini. Kelelahan semakin menderu, kucuran keringat menyadarkan bahwa, Aku tak membawa botol air mineral. Konsentrasi terbagi antara kaki dan imajinasi, hingga sebuah kerikil luput dari diteksi. Bruuk.. Aku tersungkur, sketsa-sketsa itu, ikut bertebaran di tanah.

Aku merangkak, menepi di sudut ruang ini. Luka menganga, terinfeksi asa. Bunyi rintihan, menjelma menjadi sebuah pertanyaan. Ku coba rangkai sketsa-sketsa ini, hingga menjadi sesuatu yang bernama. Hingga denyut terdiam,aku masih tak paham,apakah itu Cinta..?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar